Asal-usulnya bagaimana? Dick-dick tidak mengira bakal menghasilkan merpati balap yang top. Pada mulanya dia berniat ternak merpati balap, bukan ikut balapan. Karena itu dia tidak berminat untuk melatih. Tahun berganti tahun, dia kemudian berminat untuk latihan. Makin lama makin rajin. Lalu dia terheran-heran dengan merpati balap milik Harry Koswara. Merpati Harry Koswara ini belum bernama. Induknya sih punya nama, yaitu Isabella. Lalu dia ingin membeli anak Isabella ini. Tetapi pemiliknya nggak mau jual. Dia minta jokinya untuk menghubungi pihak Harry Koswara. DIa tawar 2 juta. Tidak dikasih. 3 juta. Tidak dikasih. 4 Juta. tidak dikasih. Lalu dia hubungi Harry Koswara langsung. Tapi Harry tak mau jual.
Lantas Dick-Dick menemui kemujuran. Iwan, adik Koswara, hobi perkutut. Dick-dick punya perkutut ring Lele, yang bagus. Kemudian dia tawarkan untuk barter. Dick-DIck menukar perkutut ring lelenya dengan anak Isabella.
Anak Isabella itu kemudian menjadi Bapak dari Rencong. Bagaimana dengan ibunya? Ibunya adalah ring HR-48 (dari peternak Harry Koeswara Bandung). Tapi sebelum jatuh ke tangan Dick-dick, HR-48 ada di tangan Ace. Dia menemui Ace, Ace cerita dia suka burung ocehan. Lalu dia menanyakan burung HR-48, dan berniat membelinya. Burung itu ada, tapi di kandang Babi. Tapi Ace tidak buka harga. Lantas dia menawarkan burung ocehan Hwa Mei, sebagai barter burung tersebut. Ace bersedia. Pada waktu awal melihatnya, kondisi betina ini tidak sebaik dulu. Badan kurus dan bulu rusak. Lantas, anak Isabelle dijodohkan dengan HR-48. HR-48 ini adalah anak dragon berdarah Khayana. Dragon ini salah satu anak Khayana. Waduh... merpati-merpati top tidak lepas dari Khayana.
Dalam perbincangan di Facebook, Janoko Mozart bertanya-tanya, mengapa sumber tersebut di atas mengatakan bahwa induk betina Rencong itu HR-48, dan ini milik Harry Koswara, padahal ring itu milik Nyo Situbondo? Itu satu pertanyaaan yang perlu penyelidikan lebih lanjut. Berikut pendapat Janoko Mozart.
Setelah menjadi pasangan, anak isabella dan HR ini mempunyai anak-anak, ada tiga anak. Tapi dua mati, satu hilang. Dick-dick ternak lagi, muncul lah tiga pasang pembalap baru. Salah satunya kelak bernama rencong. Rencong lahir 1 syawal 1416 / 1996. Dia tidak mengira burung itu bakal jadi burung terkuat. Saudaranya, satu mati, satu dibeli Eng Lai Bandung.
Setelah besar, burung yang kelak bernama rencong, dibeli oleh Nasir orang Bandung. Ketangguhan rencong (tapi belum bernama rencong ) ini terlihat pada kemampuan tembaknya. Nasir pun tidak sanggup melatihnya, lantas dijual pada Deny, pemain merpati balap asal bandung. Oleh Deni, diberi nama bunga desa. Setelah dipelihara dan dilatih, Deni juga tidak sanggup lagi memelihara, karena tembaknya keras, nyaris kena kepala. Lantas Bunga Desa ini dijual ke Yakus, Yaya dan Yoyok asal Pagarsih Bandung. Setelah dipelihara dan dilatih oleh tiga orang ini, Bunga Desa meraih peringkat atas di berbagai kejuaraan lokal. Bunga Desa pernah memperoleh hadiah televisi 20 inch, pada kejuaraan di lapangan Polda.
Setelah meraih berbagai kemenangan, banyak orang yang merlirik Bunga Desa. Salah satunya Harianto, yang dipanggil Koko. Koko berupaya membeli Bunga Desa, tetapi tidak berhasil. Dia minta tolong penggemar merpati balap lain untuk untuk membeli dari tiga pemuda berawalan Y ini (Yoyok, Yaya dan Yakus). Akhirnya Bunga Desa terbeli dengan harga 5 juta.
Setelah mendapatkan Bunga Desa, Koko atau Harianto, rajin ikut perlombaan di, khususnya di lapangan Balai Endah Bandung. Di beberapa lomba, Bunga desa mendapatkan kejuaraan. Sang Joki, namanya Kandarlantas mengganti nama Bunga Desa menjadi Rencong.
Pada lomba tingkat nasional, rencong mencapai babak semi final. Rencong sempat mencapai finis hampir bersamaan dengan Lensa, milik Johan, dengan joki Japar. Lensa dan Rencong memang punya gaya tembak, atau gaya mencapai finish yang sama. Lensa menang dikit, menurut juri. Menurut Kandar, Renconglah yang menang. Kedua pembalap menerbangkan burungnya lagi. Rencong menang. Tapi Asen nggak mau. Rencong kemudian menduduki peringkat 4.
Nama Rencong melejit pada tahun 1998. Dia melejit lantaran sering mendapatkan posisi atas dalam kejuaraan tingkat nasional. Sehingga di tahun 1998, rencong dijuluki sebagai merpati balap terkuat di tahun tersebut. Burung ini cukup fenomenal krn mampu menjuarai turnament 3 hari berturut-turut dalam suatu lomba,
Sumber: Agrobis Minggu 3 November 1998
Sayangnya rencong meninggal tidak lama kemudian, yaitu tanggal 22 Februari 1999. Kematiannya diiringi dengan duka cita dan sempat diiklankan di surat kabar. Merpati Balap Haidar menemukan beritanya di surat kabar. Rencong adalah salah satu dari tiga legenda merpati balap yang terbesar. Ketiga legenda itu adalah Khayana, Rencong dan terakhir Leonard.
Tentang daftar tulisan merpati balap legendaris kami, berikut linknya:
1. Khayana (belum ditulis)
4. Terminator, klik sini